1.
Penyediaan Bahan Mentah
Dalam
pengolahan ini digunakan bahan mentah ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) yang
sangat segar mutunya dan dapat berupaya ikan segar (iced fish) atau ikan beku
(Frozen fish). Ikan mula-mula disortir menurut jenis, ukuran dan kesegarannya.
Khususnya untuk bahan mentah beku, sebelumnya perlu dilelehkan (thawing)
terlebih dahulu dalam bak-bak dengan air mengalir sampai titik pusat mencapai
suhu 0°C.
2.
Penyiangan
Ikan mula-mula
dipotong kepalanya. kemudian dinding perutnya dibelah hingga keanus.
selanjutnya isi perutnya dikeluarkan dan kemudian difillet dalam bentuk loin.
Untuk ikan cakalang yang beratnya kurang dari 2,25 Kg difillet menjadi 2 loin
untuk diolah menjadi "Kame-Bushi". Sedangkan ikan cakalang yang
beratnya lebih dad 2.25 Kg/ekor difillet menjadi 4 loin untuk diolah menjadi
'HonBushi': Khususnya untuk "Hon-Bushi, dipisahkan lagi menjadi macam
loin, yaitu loin bagian punggung disebut male bushi dan loin bagian perut
disebut female-Bushi.
3.
Perebusan
Loin selanjutnya
diaturi/diletakkan di atas tray-tray perebus dan jangan sampai menempel satu
dengan lainnya. Hon-Bushi ditekan di atas tray dengan bagian daging (potonganl
menghadap kebawah (kepermukaan tray). Sedangkan KameBushi diletakkan dengan
bagian kulit menghadap kebawah. Beberapa tray yang telah diisi loin kemudian
disusun/ditumpuk sedemikian rupa sehingga loin tidak tergencet (rusak fisik).
kemudian direbus dalam air selama 60 - 80 menit (untuk ikan berukuran besar
atau 40 - 50 menit (untuk ikan berukuran kecil) pada suhu 80 - 85°C (untuk
ikan yang mutunva segar sekali) atau 90 - 95°C (untuk ikan yang mutunya kurang
segar). Perebusan pada suhu 100°C dapat menyebabkan daging menjadi retak
(terutama pada Ikan yang segar sekali). dimana hal ini tidak dikehendaki dalam
pembuatan ikan kayu. Sedangkan untuk perebusan. paling baik apabila digunakan
air tawar (soft water).
4.
Pembuangan
Tulang- tulang kecil
Selesai
perebusan. kemudian tray bersama dengan loinnya diangkat bak perebusan,
selanjutnya didinginkan pada suhu kamar atau di dalam air. Selama pendinginan
ini. tulang-tulang kecil yang terdapat pada setiap loin diambil dengan bantuan
pinset. sedangkan lemak yang terpadat pada permukaan daging harus dibersihkan
dengan pencucian yang hati-hati. Di samping itu. khususnya untuk Kame-Bushi dan
Female-Bushi (Hon-Bushi), 2/3 bagian kulit dari kepala harus dihilangkan (atau
1/3 bagian kulit dari ekor harus disisakan). Hal ini dimaksudkan agar bagian
ujung ekor dari loin tidak melengkung selama proses pengeringan pengasapan.
5.
Pengeringan dan Pengasapan Tahap Pertama
Loin
yang telah dibersihkan dari tulang dan lemak tersebut kemudian diatur/
diletakkan di atas tray-tray pengasapan dengan bagian dagingnya menghaciap
bawah. Setelah itu tray-tray yang telah diisi loin ini kemudian dimasukkan
kedalam lemari/ruangan pengasapan, dimana kapasitas dari lemari asap ini dapat
diisi 6 atau 7 tray sekaligus. Jarak dari tray terbawah sampai permukaan sumber
api kira-kira 1,5 - 2 m. Sedangkan sebagai sumber api; asap dapat digunakan
sabut dan batok kelapa. Pengasapan dilakukan dan diteruskan sampai permukaan
loin berwarna kekuningan atau coklat kekuningan, dimana dengan keadaan ini
dianggap telah cukup untuk mencegah terjadinya pelendiran. Waktu yang
diperlukan untuk pengeringan/pengasapan ini adalah antara 50 - 60 menit pada
suhu sekitar 85°C. selama proses pengeringan/pengasapan ini tray harus
dipindah-pindahkan posisinya agar diperoleh kondisi pengasapan/pengeringan yang
seragam untuk setiap loin.
6.
Penambalan
Setelah
pengeringan/pengasapan tahap pertama. kemudian beberapa bagian daging yang
retak/pecah ditambal dengan pasta daging dari jenis ikan bersangkutan, dengan
bantuan spatula bambu atau alat lainnya, agar nantinya permukaan produk
benar-benar rata dan halus. Agar kondisi penambalan baik sekali. maka bagian
yang ditambal dapat dibungkus dengan kertas tipis berkwalitas tinggi (misalnya
: kertas minyak) dan dibuka kembali setelah kondisi penambahan telah menjadi
kuat sekali.
7.
Pengeringan/Pengasapan Tahap Kedua
Pengeringan,
pengasapan tahap kedua ini dilakukan pada suhu 80 - 85°C selama 1 jam, dan
setelah itu produk didinginkan pada suhu kamar sampai keesokan harinya.
Selanjutnya fillet dikeringkan/diasapi untuk ketiga kalinya dan kemudian
didinginkan sampai keesokan harinya lagi. Pengeringan ini harus diulangi lagi
kira-kira 7 - 15 kali sampai fillet benar-benar menjadi keras.
Untuk Kame-Bushi
pengeringan/pengasapan dilakukan kira-kira 7 - 8 kali dan untuk Hon-Bushi dapat
sampai 12 - 15 kali terhitung sejak pengeringan ketiga. Untuk mendapatkan mutu
dan rasa produk yang baik, maka suhu pengeringan/ pengasapan harus diturunkan
hingga sekitar 77 - 80°C. Produk asap kering yang diperoleh hingga tahap
pengolahan ini disebut : ARA-BUSHI.
8.
Pengeringan
Matahari Tahap Pertama
Fillet asap kering
yang diperoleh dari tahap pengolahan di atas, kemudian diatur di atas para-para
dan selanjutnya dikeringkan dipanas matahari. Untuk fillet bagian punggung
pengeringan hams dilakukan sampai mencapai 60% derajat pengeringan dan untuk fillet
bagian perut harus dikeringkan sampai mencapai tingkat 40% derajat pengeringan.
Dalam pengeringan ini pengaruh cahaya matahari yang kuat harus dihindari.
9.
Penyerutan/Pembentukan
Produk
Fillet yang telah
dikeringkan selanjutnya dimasukkan kedalam peti kayu 3 - 4 hari agar supaya
teksturnya menjadi agak lembek kembali. Setelah itu seluruh permukaan fillet
diserut/diratakan dengan pisau serut yang khusus sehingga diperoleh bentuk
produk yang baik dan rapi serta halus permukaannya. Pekerjaan ini membutuhkan
ketrampilan serta sangat penting dalam menentukan mutu produk akhir.
10.
Pengeringan
Matahari Tahap Kedua
Fillet yang diperoleh
dari pekerjaan di atas kemudian masih dikeringkan lagi 2 - 3 kali untuk lebih
menghilangkan sisa-sisa air yang ada. Pekerjaan pengeringan ird dilakukan sama
seperti pada pengeringan di atas.
11.
Penjamuran
Fillet yang telah
kering di atas kemudian dimasukkan kedalam peti yang ukurannya disesuailcan
dengan jumlah fillet yang akan diisikan. Fillet diatur sejajar dan disusun saling
bersilangan sampai keatas dan kemudian ditutup rapat-rapat. Dengan penyusunan
dernikian diharapkan sedikit sekali sisa udara yang terdapat. Setelah 7 - 8
hari dalam peti-peti tersebut dan pada suhu 30°C. maka pada seluruh permukaan
fillet tersebut akan ditumbuhi jamur. Jamur yang pertama tumbuh ini terutama
dari jenis Penicillium sp. Agar supaya seluruh permukaan dari setiap potongan
fillet ditumbuhi jamur dengan merata, maka posisi dari susunan fillet di dalam
peti harus dirubah-rubah dan proses penyimpanan/penjamuran terus dilanjutkan
pada suhu 25 - 35°C dan relative humadity 85 - 90%.
Setelah seluruh
permukaan fillet ditumbuhi jamur (biasanya setelah 4 - 5 hari), kemudian fillet
dikeluarkan dari peti. dijemur selama 1 jam. yaitu mula-mula di tempat yang
rindang kemudian dipindahkan ketempat yang langsung kena sinar matahari.
Selanjutnya jamur
dipisahkan dari fillet dengan cara disikat, kemudian ditempatkan di dalam
peti-peti kayu yang lain untuk penjemuran tahap kedua. Pada penjamuran tahap
kedua jamur akan tumbuh setelah 12 - 13 hari. Proses penjamuran yang sama
seperti di atas tersebut harus diulangi lagi 3 hingga 5 kali. Sesuai dengan
ulangan proses penjamuran tersebut, maka warna jamur akan berubah dari hijau
kebiruan, kehijauan keabu-abuan sampai abu-abu. Produk yang telah dijamuri atau
ditumbuhi jamur seperti ini disebut HONKARE-KABI. Apabila fillet ditumbuhi
jamur pengotor, fillet-fillet harus disterilisasikan dengan pengeringan di
panas matahari atau sedikit pemanggangan. Sebaliknya apabila fillet-fillet
tidak ditumbuhi jamur maka terhadap fillet tersebut dapat
ditransplarasikaniditanamkan jenis-jenis jamur tertentu yang dianggap baik.
Inokulasi ini dapat dilakukan dengan menyemprotkan air steril yang mengandung
spora-spora jamur tertentu.
Tujuan dari proses
penjamuran ini adalah untuk menimbulkan citarasa yang baik dari ikan kayu dari
hasil penguraian protein dan lemak oleh enzim jamur.
Di samping itu jamur
juga berfungsi mengontrol kandungan air dan lemak yang ada dalam produk ikan
kayu. Jenis jenis jamur utama yang paling baik digunakan dalam proses
penjamuran ikan kayu adalah :
1. A spengillus
glaucus
2. A spergillus
glaucus variety minimus.
3. A spegillus
gymnodardae.
4. A spengillus
melleus.
5. Penicillium
glancum.
12.
Penyimpanan
Selama penyimpanan.
ikan kayu biasanya mudah terangsang oleh serangga, dimana serangga tersebut
masuk kedalam massa ikan kayu dan kemudian membuat lubang. Kerusakan ini dapat
berkembang lebih cepat apabila ikan kayu tersebut disimpan pada suhu kamar.
Oleh karena itu perhatian yang serius sangat diperlukan selama penyimpanan
tersebut. Untuk menghindari kerusakan tersebut maka sebaiknya ikan kayu selama
penyimpanan harus sering dijemur panas matahari atau disimpan pada suhu dingin
0°C.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar