Hargailah Cinta dan Kasih Sayang, karena Keduanya Selalu Menyertai Kehidupan Kita

Minggu, 10 Desember 2017

Edelweis (Last Part)

24 September 2027, kita akhirnya resmi menjadi sepasang suami istri. Kau suamiku dan aku istrimu. Rasa syukur yang tiada hentinya ku persembahkan kepada Tuhan.

Selama sepuluh tahun ini, Dia telah menyabarkanku, menguatkan cintaku. Tlah Dia berikan ketentraman dalam setiap sujudku untuk tetap menenangkan diriku setelah berpisah darimu sepuluh tahun yang lalu. Walaupun kita terpisah dalam jarak tanpa suara yang terdengar dari mulut kita, tanpa ada sepatah kata pun yang kita ungkapkan lewat sebuah pesan singkat, Dia tetap memelihara cintaku. Dia ijinkan kita berjalan menembus waktu yang cukup panjang, melewati segala rintangan yang menghadang hingga kita tiba di hari itu, mengucap ikrar sehidup semati dalam ikatan tali suci pernikahan hingga kita mati dan kembali pada-Nya dengan tenang. Dan setiap malam yang pernah ku jalani tanpamu adalah saksi bisu kesungguhan cintaku padamu yang walaupun kita berada dalam jarak yang terpisah jauh, tapi aku masih mampu mengucap namamu dan bilang bahwa aku merindukanmu.

Malam itu, malam pertamaku bersamamu. Di dalam kamar pengantin kita, kau bilang kau sangat merindukan saat-saat berdua bersamaku seperti saat itu. Kita berpelukan sebentar dan aku melepaskan pelukanmu dan tersenyum memandangmu. Ku raih sesuatu dari bawah tempat tidur. Itu adalah sebuah kotak yang usianya sudah sangat tua. Ku buka kotak itu dengan tersenyum lebar. Di dalam kotak itu terbaring edelweis yang mengering, dua mahkotanya sudah lepas dari kelopaknya seiring dengan gugurnya semangatmu mendaki. Ku angkat edelweis itu dan ku persembahkan padamu sesuai janjiku pada diriku dulu, “kelak, jika kau teringat kembali padaku akan ku persembahkan edelweisku sebagai bukti keabadian cintaku padamu”.

Edelweisku, jodohku, kau adalah wadah untukku merealisasikan semua yang pernah ku pelajari di masa lalu. Tempatku memulai kehidupan baru yang lebih baik tanpa harus mengenal gagal lagi.