Hargailah Cinta dan Kasih Sayang, karena Keduanya Selalu Menyertai Kehidupan Kita

Sabtu, 15 September 2018

Satu Kisah yang Tlah Usai


"Saya nikahi engkau Dewi Dirga binti Muhammad dengan niat ikhlas karena Allah Ta'ala"

Masih ingatkah kau dengan lafadz itu? Lafadz yang menambah rasa tanggung jawabmu atas aku. Aku pernah lupa akan lafadz itu, tapi kau mengingatkanku kembali. Kau bilang, aku istrimu dan kau suamiku. Menjagaku dengan sepenuh raga dan jiwamu adalah tanggungjawabmu.

Kau menjagaku agar tidak menangis karenamu. Kau menjauhkanku dari orang-orang yang membuatku terluka. Kau usir segala ketakutanku menghadapi dunia. Kau menjagaku dari rasa lapar. Kau menjagaku dari rasa kekurangan. Kau singkirkan setiap badai yang menghalangiku untuk bahagia.

Kau pegang tanganku di semua perjuangan dan keletihan. Kau telah berusaha sepenuh jiwa ragamu, memenuhi tanggung jawabmu kepadaku, meski pada akhirnya, kita temukan kita tak berjodoh.

Aku setengah mati merindukanmu. Membayangkan hari itu, seandainya aku tak sekeras itu. Mungkin kebahagiaanku masih terjaga karenamu. Tapi tiada yang salah dari setiap kejadian. Aku saja yang menganggapnya salah.

Mengapa kau tak mencoba kembali, sekali lagi? Aku masih di sini untuk menunggu. Apakah dalam masa pemulihanmu kau menyadari bahwa saat bersamamu aku tak pernah tulus mencintaimu?. Jika kau pernah menganggapku istrimu, apa kau pikir aku tak pernah menganggapmu suamiku?.

Mengapa aku menerimamu, memutuskan untuk tinggal bersamamu, jika aku tak benar-benar menginginkanmu?. Aku yang tak pernah tenang menunggumu pulang, tidak bisa tidur sampai kau datang menidurkanku dalam pelukanmu. Aku yang menunggumu di belakang pintu. Aku yang belajar memasak, belajar menjadi istri karenamu. Masihkah kau meragukan bahwa dulu aku mencintaimu?

Aku sangat mencintaimu. Bahkan ketika kita tidak lagi terikat hubungan, aku masih cemburu melihatmu bersama perempuan lain, aku yang masih rindu mengadu ego denganmu. Aku inilah wanita kecilmu. Yang kau bilang bukan hanya kekasih atau istri masa depanmu, tapi aku juga adalah adik bagimu. Aku kesayanganmu.

Apa saat kau bercerita tentang pencapaian-pencapaianmu di masa lalu, kau melupakan aku? Saat kau dipuji tentang kerapihan skripsimu, ada siapa di balik itu? Ada aku bukan?

Aku yang menyemangatimu mencapai segalanya. Apakah kau lupakan aku? Apa kau ingat saat kau mencoba jas untuk sidang skripsimu? Aku mengancingkan dan merapikannya untukmu. Kau lalu mencium dahiku dan memelukku.

Aku bahkan masih ingat bagaimana kau berterima kasih kepadaku dalam kata pengantar di skripsimu,
"Teruntuk yang tersayangku, Dewi Dirga..."
Apa lembaran itu juga telah kau sobek dan kau buang?

Apa kau sengaja menghilangkanku dari ceritamu kepada orang-orang?. Apa kau ubah sosokku yang dulu sempurna untukmu menjadi buruk di depan orang lain?. Tanpa kau sadari, akulah alasan mengapa kau mampu mencapai semua yang kau capai saat ini. 

Kau bilang kepadaku tentang pekerjaanmu, tentang gajimu tanpa aku tanya. Apa yang ingin kau tunjukkan? Kehebatanmu bukan? Kehebatan yang kau pikir akan membuatku menyesal telah melepaskanmu. 

Ya, akulah alasan dibalik setiap pencapaian yang telah kau raih.