Hargailah Cinta dan Kasih Sayang, karena Keduanya Selalu Menyertai Kehidupan Kita

Selasa, 26 Maret 2019

Ada Rindu di OSN Palembang 2016


Aku rindu saat kau bercerita tentang Riska Payal, siswa jagoanmu di OSN 2016, bagaimana kau keluhkan kekecewaanmu karena tidak bisa mendampinginya ke Palembang. Namun, karena kebaikan orang tua Riska, kau diikutkan ke sana. Mendampingi Riska, menyemangati dan menguatkannya.
Aku rindu saat kau datang bercerita di depanku tentang peserta OSN Palembang 2016 yang keracunan makanan hotel. Dan kau sangat bersyukur Riska dan temannya tidak ikut keracunan. Aku rindu menjadi tempat ternyaman dimana kau bebas meluapkan semua kekesalanmu, kekecewaanmu atas semua kejadian yang tidak berjalan sesuai inginmu.

Kamis, 14 Maret 2019

Belajar Melepas Rasa dan Asa

Lama dia pergi. Lalu tadi malam dia datang mengabariku dan bilang bahwa dia akan segera menikah. Demi Allah, tak ada sedikit pun rasa sesalku telah bertahan dalam diamku. Tak ada sedikit pun rasa kecewa dalam hatiku atas ketetapan Allah atas dirinya.

Sudahlah. Mungkin dia hanya mencintai duniaku saja. Tidak dengan akhiratku. Terkadang aku bertanya pada diriku sendiri, lupakah aku ? bahwa dia pernah dengan sangat lemah menjaga rasanya untukku sendirian. Dia, lelaki yang beberapa tahun ini namanya selalu terucap dalam do’aku pernah dengan mudah pergi dari hatiku hanya karena aku telah meminta raganya pergi dari sisiku, dari hariku. Padahal kepergianku semata-mata ku lakukan untuk mencari ridha Yang Maha Kuasa, bukan hanya untukku, tapi juga untuknya. Bukankah dalam cinta, kadang mengusir raga tak berarti juga mengusir rasa, apalagi asa. Itu pun dia tak mengerti. 

Aku percaya bahwa segala ketetapan yang telah ditetapkan Allah atas aku dan dia adalah sebaik-baiknya ketetapan yang tak bisa ku ubah dengan cara apa pun, dengan rayuan apa pun. Bukankah segala yang terjadi dalam hidup ini telah tertulis jelas dalam Lauhul Mahfudz ? Segala rahasia pada akhirnya akan terungkap, termasuk rahasia pendamping yang terbaik bagiku kelak. Sekarang belumlah waktuku untuk bahagia, maka cukup ku syukuri saja kebahagiannya. Aku meyakini bahwa ini adalah jawaban Allah atas do’aku sepanjang dua tahun ini, bahwa Allah telah mengasihaniku mendo’akannya yang bukan jodohku. Pada hari ini, akhirnya aku sadar bahwa besok takkan ada lagi lantunan do’a yang sama seperti hari ini, do’a yang mengharapkannya kembali ke sisiku, memintaku menjadi pasangan hidupnya, kemudian hidup bahagia bersamanya dalam ikatan tali suci pernikahan hingga maut memisahkan sesuai janjinya dulu. Takkan ada lagi.

Memang benar bahwa selama akad belum terlaksana, semua hal bisa saja terjadi. Kita sama-sama tahu bahwa dengan kehendak Allah, rencana yang telah tersusun rapi pun bisa jadi hanya sebatas rencana. Sedangkan apa yang tidak pernah direncanakan, bisa jadi itulah yang terjadi. Namun akan ku hapus segala asaku. Hapus. Takkan ku biarkan semua itu menggodaku untuk kembali berharap lagi. Takkan ku biarkan apa yang disebut kesempatan itu merayuku hingga aku bisa salah lagi. Tidak akan, sebab akan ku relakan pernikahannya.

Berpikir positif itu memang memudahkan kita untuk bisa tenang menghadapi segala permasalahan yang ada, tapi tak semua hal harus dihadapi dengan berpikir positif, salah satunya adalah kenyataan yang memang pahit adanya. Berkali-kali telah ku peringatkan diriku sendiri tentang itu, tapi hatiku tetap berusaha untuk merayu pikiranku untuk percaya dan yakin bahwa pernikahannya pasti hanyalah mainan, bualan untuk menyenangkan hati kekasihnya saja. Nyatanya, mainan dan bualan itu ternyata adalah kemauan dan keseriusan yang dulu dia janjikan padaku. Tapi justru kepadakulah mainan dan bualan itu.

Begitulah jodoh. Seperti apa pun kita pernah mencintai seseorang di masa lalu, sesungguh apa pun kita berniat untuk kelak akan kembali menjemputnya demi menjadikannya sebagai kekasih yang halal bagi kita, kelak semua itu akan pudar oleh kehadiran jodoh kita. Karena sesungguhnya, cinta itu memang hanya sepantasnya kita sembahkan padanya. Meski awalnya niat kita hanya untuk bermain-main dengan perasaannya, kelak perasaan padanyalah yang dengan sendirinya ingin kita perjuangkan. Karena dialah, jodoh.


Rabu, 13 Maret 2019

Saat-saat Terakhir

Rabu, 13 Maret 2019

Apa gunanya mencari untuk menghilang?
Apa artinya berpamitan untuk berpisah selamanya?

Kau pergi lebih cepat dari yang ku bayangkan.
Tak ada yang tersisa dari titik-titik harapan.
Bahkan setitik rindu kini bagai sebuah larangan.
Kenangan tak berhak hadir merusak kebahagiaan.

Meski terlambat ku ungkapkan,
kisah denganmu adalah yang selalu ku banggakan.
Setiap ego yang menguasai waktu itu sering aku sesalkan.
Menambah luka tatkala dihantui kenangan.

Mungkinkah kau sengaja menyakitiku?
Kau begitu percaya kebahagiaanku hanya terjaga karenamu.

Semoga kau tenang dan bahagia di sana, Irawan.
Tak mungkin ku hadiri upacara perpisahan kita.
Bukan hanya jarak yg tercipta sebagai sebuah lantaran
Memang kita tercipta bukan untuk bersama.