Hargailah Cinta dan Kasih Sayang, karena Keduanya Selalu Menyertai Kehidupan Kita

Rabu, 09 Mei 2012

Sakit Sepanjang Cintaku



             Kata-kata itu masih ku ingat, suara itu masih ku dengar walau hanya sebatas bayang-bayang semata. Dua tahun lalu, aku dan kamu duduk di bawah rembulan yang menyinari kita dengan terangnya. Dengan romantisnya kau memberitahu keadaan malam itu  yang kemudian diikuti dengan pertanyaan itu walau terdengar sangat tergesa-gesa kepadaku, “maukah kau menjadi pacarku?”. Setelah berbincang lama, ku jawab pertanyaanmu dengan lembut, “Iya, aku mau”.
             Kini dua tahun telah berlalu. Ternyata kebahagiaanku malam itu hanya sekejap. Dua tahun ini kulewati dengan rasa sakit yang tak kunjung usai. Kau menyakitiku dengan sikapmu, dengan sifatmu. Sungguh, sesuatu yang belum pernah kubaca jauh sebelum kita memulai hubungan ini. Senyumku kau balas dengan tangisan, kesabaranku kau balas dengan kesakitan, rinduku pun hanya kau balas dengan kekecewaan.
             Kini aku sangat menyesal harus mencintaimu dan membiarkanmu masuk dalam kehidupan terdekatku dan menguasai semua ruang yang ada di dalam hatiku. Aku sakit, sesekali aku ingin berlari melepas semua rasa sakit dan perasaan yang sudah lama mendiami hatiku. Tapi aku sadar, tak segampang itu, tak semudah itu melupakan seseorang yang kita cintai apalagi 2 tahun bukanlah waktu yang singkat. Banyak kenangan yang sudah kita lalui, meski banyak terisi oleh air mataku. Mengapa harus aku yang selalu mengalah? Kamu tak pernah menganggapku sebagai seseorang yang penting dalam hidupmu. Aku berharap menjadi hartamu, tapi kau tak pernah bisa menganggapku berharga.
             Entahlah,,mungkin aku bodoh atau apa? Tapi inilah kenyataan bahwa aku memang tak bisa hidup tanpamu. Aku ingin mengakhiri semua ini, tapi aku takut akan menangis lagi. Aku takut malam-malamku akan dipenuhi air mata lagi, sama seperti 1 tahun lalu ketika aku memutuskan untuk berpisah darimu.
              Tiga bulan berpisah membuatku tak pernah tenang. Ada bisikan-bisikan kecil dalam setiap tidurku, “aku ingin kembali bersamamu”. Di saat aku sendiri, kenangan-kenangan masa lalu terus menghantuiku. Membuatku semakin sedih. Terlebih saat kita berbicara lewat telepon atau saling berbalas sms. Sedikit bahagia ku rasakan, meski kita tlah berpisah tapi tak memisahkan hubungan pertemanan kita. Kau memberi perhatian padaku sebagaimana sewaktu kita masih bersama. Tapi kebahagiaan itu terkalahkan oleh rasa sesalku, mungkin akan lebih bahagia jika kita bisa saling memiliki seperti dulu. Setiap hari, ada namamu yang kusisipkan dalam setiap do’aku. Aku tahu Tuhan tidak tuli, aku tahu Tuhan tidak buta, Dia melihatku yang setiap hari menangis, dan mendengarkan semua do’a-do’aku. Tiga bulan itu akhirnya berakhir, kau memintaku kembali dan aku bisa kembali bahagia sama seperti pertama kali kau memintaku. Tapi ternyata bahagia itu tidak berlanjut. Aku tersakiti kembali. Aku bertanya pada Tuhan, apa salahku ? Apakah aku tak bisa memahamimu ? Tapi mengapa harus aku yang selalu mengalah. Aku wanita, aku juga ingin dimengerti oleh laki-laki yang ku sayangi.
             Sampai sekarang, hingga kini, aku selalu merasakan sakit sepanjang cintaku. Aku berharap suatu saat Tuhan  memberiku penggantimu dan aku bisa melupakan dan menghapus perasaanku padamu secepatnya.

Untukmu yang ku sayang,,
Dari hartamu yang tidak berharga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar