Cinta pertama.
Jika berbicara tentang cinta pertama, semua pasti setuju bahwa cinta pertama
adalah cinta yang paling sulit dilupakan. Cinta yang hanya memiliki satu
alasan, yaitu cinta itu sendiri. Cinta tanpa batasan perasaan ini, itu. Cinta
yang mengajarkan kita banyak hal. Suka maupun duka yang pernah kita alami
bersamanya akan selalu menjadi kenangan terindah yang mempunyai tempat tersendiri
di hati dan pikiran kita.
Sesakit apa pun
luka yang cinta pertama berikan, tak ada alasan untuk mengabadikan kebencian
padanya. Pada akhirnya, ketika kita sudah menjalin cinta bersama yang lain,
luka itu akan memperingatkan kita tentang pantas tidakkah kita terlena dalam
kebahagiaan yang kita peroleh. Itulah alasannya mengapa hati lebih mudah
mengingat luka daripada bahagia. Sebab luka yang kelak menguatkan kita dalam
menghadapi masalah. Luka yang kelak akan mengendalikan kita agar tidak terluka
lagi. Luka-luka yang ku ceritakan itu adalah lukaku pada cinta pertamaku.
Cinta pertamamu,
dia tak pernah menorehkan luka di hatimu, bukan dia. Tapi sang Merbabu yang kau
anggap tlah merenggut nyawa kekasihmu dengan kejam. Merbabu yang tak bernyawa,
Merbabu yang tak tahu apa-apa, dan Merbabu yang tak pernah mengirimkan undangan
padamu untuk mengunjunginya. Lalu bagaimana dia tahu kau akan ke sana dan
merencanakan kematian kekasihmu ?. Bagaimana ?. Kau tersesat. Jika benar itu
cinta, harusnya bisa membawamu pada jalan yang lebih benar. Tapi, kematian
seorang saja dalam hidupmu tlah menyesatkanmu. Aku bahkan sudah jarang
menyaksikan kau menyempatkan diri untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Apa kau
pikir kekasihmu butuh pembalasan dendammu atas kematiannya ? Tidak. Dia butuh
do’amu jika benar yang tertanam dalam hatimu itu adalah cinta.
Hei, semua orang
punya cinta pertama. Kau, aku, semua orang. Mengapa kau memutuskan untuk
berhenti di situ jika memang waktu bersamanya telah berakhir ?. Aku sudah
menjalin hubungan dengan beberapa lelaki. Beberapa menganggapku cinta pertamanya,
tapi hanya satu cinta pertamaku. Tapi tak ada masa lalu yang membuatku terlena
hingga sekarang, hingga aku harus menyakiti orang yang berniat bersamaku di
masa kini. Biarkan dia menjadi kenangan sebagai pelajaran agar kita tidak
terluka pada hal yang sama lagi. Masa lalu bukan untuk dibawa kemana-mana.
Kau memang tak
sepertiku yang disakiti sebelum ditinggalkan. Kisahmu berbeda. Tapi Edelweis,
bukan seperti itu, caramu salah. Aku teringat pada kata-katamu bahwa kita
hanyalah manusia biasa, yang tak tahu kapan dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.
Jangan sampai menanam cinta yang begitu subur dalam hati seseorang, ketika
waktunya dipanggil, cinta yang kita tanam malah menjadi penyakit yang
menggerogoti hati pemiliknya sampai habis rasanya, entah kemana perasaan akan
dia bawa. Seharusnya jika kau sudah berpegang teguh pada kata-katamu,
seharusnya sekarang kau sudah bangkit dari keterpurukanmu dan melanjutkan
kehidupan yang seharusnya kamu jalani sekarang.
Semoga kelak, kau
akan sadar bahwa kau salah. Masa lalu bukan untuk dibawa, cukup dijadikan
kenangan. Cukup dijaga agar tidak merusak masa kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar