24
September 2027, kita akhirnya resmi menjadi sepasang suami istri. Kau suamiku
dan aku istrimu. Rasa syukur yang tiada hentinya ku persembahkan kepada Tuhan.
Selama
sepuluh tahun ini, Dia telah menyabarkanku, menguatkan cintaku. Tlah Dia berikan
ketentraman dalam setiap sujudku untuk tetap menenangkan diriku setelah
berpisah darimu sepuluh tahun yang lalu. Walaupun kita terpisah dalam jarak
tanpa suara yang terdengar dari mulut kita, tanpa ada sepatah kata pun yang
kita ungkapkan lewat sebuah pesan singkat, Dia tetap memelihara cintaku. Dia
ijinkan kita berjalan menembus waktu yang cukup panjang, melewati segala
rintangan yang menghadang hingga kita tiba di hari itu, mengucap ikrar sehidup
semati dalam ikatan tali suci pernikahan hingga kita mati dan kembali pada-Nya
dengan tenang. Dan setiap malam yang pernah ku jalani tanpamu adalah saksi bisu
kesungguhan cintaku padamu yang walaupun kita berada dalam jarak yang terpisah
jauh, tapi aku masih mampu mengucap namamu dan bilang bahwa aku merindukanmu.
Malam
itu, malam pertamaku bersamamu. Di dalam kamar pengantin kita, kau bilang kau
sangat merindukan saat-saat berdua bersamaku seperti saat itu. Kita berpelukan
sebentar dan aku melepaskan pelukanmu dan tersenyum memandangmu. Ku raih sesuatu
dari bawah tempat tidur. Itu adalah sebuah kotak yang usianya sudah sangat tua. Ku buka kotak itu dengan tersenyum lebar. Di dalam kotak itu terbaring
edelweis yang mengering, dua mahkotanya sudah lepas dari kelopaknya seiring
dengan gugurnya semangatmu mendaki. Ku angkat edelweis itu dan ku persembahkan
padamu sesuai janjiku pada diriku dulu, “kelak, jika kau teringat kembali
padaku akan ku persembahkan edelweisku sebagai bukti keabadian cintaku padamu”.
Edelweisku, jodohku,
kau adalah wadah untukku merealisasikan semua yang pernah ku pelajari di masa
lalu. Tempatku memulai kehidupan baru yang lebih baik tanpa harus mengenal
gagal lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar