Kepadamu
calon imamku, aku belum tahu dalam keadaan seperti apa Allah akan mempertemukan
kita berdua. Entah kau adalah rahasia yang selama ini menjelma sebagai seorang
teman, sahabat, masa lalu, atau bukan untukku, yang jelas kau adalah masa
depanku. Seperti apa pun kamu, demi Allah kelak akan ku baktikan seluruh sisa
hidupku untukmu. Akan ku persembahkan sebentuk hati yang utuh kepada-Nya yang
akan menuntutku untuk selalu bertanggung jawab sebagai sebaik-baiknya pasangan
untukmu.
Di
usiaku yang cukup matang membina rumah tangga ini, jujur saja mengetahui siapa
dirimu adalah keinginan terbesarku saat ini. Aku ingin sekali mengetahui namamu
dan menyebut namamu dalam setiap do’aku. Tapi, bagaimana bisa ku sebut namamu
dalam do’a sementara namamu saja masih terpelihara dalam Lauhul Mahfudz tanpa
ada seorang manusia pun yang mengetahuinya. Entah siapa kamu, kapan kita akan
bertemu, bagaimana kita bertemu, semua masih menjadi rahasia-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar